Bidadari Halmahera


INDONESIA memang kaya flora dan fauna. Sayang kekayaan itu tidak dijaga, dilestarikan secara serius. Buktinya, burung Bidadari (semioptera wallacei) yang ada di belantara rimba Halmahera dan Pulau Bacan Maluku, kini terancam punah.

Diperkirakan, burung yang ditemukan ilmuwan asal Inggris, Alfred Russel Wallace kini tinggal sekitar 50 sampai 100 ekor. Jumlah ini terus menyusut setiap tahunnya lantaran diburu untuk dijual, bahkan habitatnya tergeser oleh maraknya ekplorasi pertambangan dan penebangan hutan secara ilegal.

Populasi Bidadari kini banyak didominasi jenis jantan. Penyebaran burung ini, hanya tersisa di beberapa lokasi, salah satunya di kawasan hutan Batu Putih Domato, Sidangoli, kecamatan Jailolo Selatan, kabupaten Halmahera Barat.

Selain di kawasan tersebut, Bidadari Halmahera juga bisa ditemui di kawasan hutan Wasiley (Halmahera Tengah), gunung Sibela, Bacan (Halmahera Selatan), dan kaki gunung Gamkonora (Halmahera Utara). Keunikan burung ini yakni hanya muncul di pagi hari sekitar pukul enam hingga sembilan pagi.

Nama burung bidadari itu, diberikan oleh Wallace saat melakukan ekspedisi di Maluku tahun 1858. Wallace terkagum-kagum saat melihat keindahan warnanya yang didominasi hijau dan kecantikan yang seindah bidadari.

Saat itu semua orang tahu bahwa burung cenderawasih hanya ada di Papua, tetapi ternyata Ali, anak Melayu asisten Wallace menemukan sejenis cenderawasih di Pulau Bacan, Halmahera, yang berukuran 25 sampai 30 sentimeter, dengan spesifikasi tubuh yang menarik, juga warnanya yang menakjubkan.

Dalam The Malay Archipelago: The Land of The Orang-utan and The Birds of Paradise (1869) yang ditulisnya setelah menjelajah Nusantara selama delapan tahun (1854-1862), Wallace melukiskan, sebenarnya keseluruhan bulu burung bidadari tergolong biasa dan sederhana. cuma warnanya sehijau daun zaitun, dengan sedikit keungu-unguan di ujung dekat ekornya.

Kepalanya seperti memakai mahkota karena dihiasi bulu ungu muda berkilat. Leher dan dadanya berwarna hijau mengkilat. Semakin ke bawah, bulu-bulunya seperti terpisah menjadi dua bagian, masing-masing ke arah sayap kanan dan kiri. Kakinya berwarna kuning kemerahan, paruhnya berwarna seperti tanduk, dan matanya hijau seperti buah zaitun.

Namun, empat helai bulu panjang berwarna putih susu yang keluar dari pangkal sayapnya betul-betul membuatnya memiliki karakter unik. Bulu itu tidak lebar, tetapi sangat lembut dan seperti teranyam pada sayapnya. Bulu setiap helainya sepanjang sekitar enam inci itu menjulur hanya pada saat-saat tertentu yang diinginkan burung.

Yang pasti, antena putih susu itu hanya dimiliki oleh burung jantan. Bulu indah itu terjulur terutama pada saat fajar menyingsing, saat bidadari jantan beratraksi di ketinggian pohon untuk menarik perhatian pasangannya.

No comments:

Post a Comment